PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
PERILAKU
INDIVIDU DALAM ORGANISASI ANTARA LAIN:
1. Produktivitas Kerja
Yaitu kemampuan menghasilkan suatu
kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang telah umum. Pengertian
produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari baik dari hari ini.
Secara teknis produktivitas adalah
suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber
daya yang diperlukan (input). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi
dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan
produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan
dalam waktu yang singkat atau tepat.
Faktor - faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja yaitu pendidikan, keterampilan, sikap dan etika kerja,
tingkat penghasilan, jaminan social, tingkat social dan iklim kerja, motivasi,
gizi dan kesehatan, hubungan individu, teknologi dan produksi.
Pengukuran produktivitas kerja
sebagai sarana untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain
adalah untuk menentukan target dan kegunaan, praktisnya sebagai standar dalam
pembayaran upah karyawan. Untuk mengukur suatu produktivitas dapat digunakan
dua jenis ukuran jam kerja manusia yakni jam – jam kerja yang harus dibayar dan
jam – jam kerja yang harus dipergunakan untuk bekerja.
Ada dua macam alat pengukuran
produktivitas, yaitu : Physical productivity, yaitu produktivitas secara
kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan
biaya tenaga kerja. Kedua, Value productivity, yaitu ukuran produktivitas
dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan
seterusnya.
2. Tingkat Absensi
Yaitu presensi yang merupakan
kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya
instasi atau lembaga selalu memperhatikan pegawainya untuk datang dan pulang
tepat waktu, sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidakhadiran seorang pegawai
akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga instansi atau lembaga
tidak bisa mencapai tujuan secara optimal.
Presensi atau kehadiran pegawai
dapat diukur melalui kehadiran karyawan ditempat kerja, ketepatan keryawan
datang atau pulang dan kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk
mengikuti kegiatan atau acara dalam instansi.
Dengan adanya tingkat absensi yang
baik maka dapat meningkatkan disiplin pegawai. Sedangkan yang dimaksud dengan
disiplin adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan dari perusahan atau instansi baik tertulis maupun tidak (Nitisemito,
1982; 199).
Tingkat disiplin kerja dapat dilihat
dari :
• Ketepatan
waktu;
• Mampu
memanfaatkan dan menggerakkan perlengkapan dengan baik;
•
Menghasilkan pekerjaan yang memuaskan;
• Mengikuti
cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan (kepatuhan pada peraturan);
• Memiliki
tanggung jawab yang tinggi.
3. Tingkat Turnover
Turnover adalah perputaran karyawan
atau keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja
lainnya. Turnover juga merupakan petunjuk kestabilan karyawan. Semakin tinggi
turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian karyawan. Dampak turnover
bagi organisasi tentu akan merugikan perusahaan. Sebab, apabila seorang
karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai biaya seperti :
a. Biaya
penarikan karyawan, menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses
seleksi karyawan, penarikan dan mempelajari pergantian.
b. Biaya
latihan, menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan karyawan yang
dilatih.
c. Apa yang
dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru
tersebut.
d.
Tingkat
kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi.
e.
Adanya
produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan.
f.
Peralatan
produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya.
g.
Banyak
pemborosan karena adanya karyawan baru.
h.
Perlu
melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan penyerahan.
4. Kepribadian
Yaitu sifat dari seorang individu
dalam bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain, serta cara individu tersebut
bekerja dalam organisasi. Kepribadian terbentuk dari faktor keturunan,
lingkungan (budaya, norma keluarga dan pengaruh lainnya), dan juga situasi.
Ciri dari kepribadian merupakan
karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu dengan
individu lainnya, seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius,
setia, dsb.
5. Proses Belajar
Adalah bagaimana kita dapat
menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar.
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman.
Proses belajar melibatkan perubahan
(berupa perubahan baik ataupun buruk), perubahan harus relatif permanen. Proses
belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan atau perilaku. Beberapa bentuk
pengalaman diperlukan untuk belajar, pengalaman dapat diperoleh lewat
pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek.
6. Pembelajaran
Pembelajaran dalam hal ini berkaitan
dengan pengalaman agar suatu pekerjaan atau suatu hal itu bisa lebih baik dari
sebelumnya. Dalam memiliki pengalaman, karyawan juga perlu memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi. Yang dimaksud dengan kemampuan intelektual ini adalah
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental. Ada banyak tes yang
dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan intelektual seseorang,
seperti : tes IQ, SAT, ACT, GMAT, LSAT, dan MCAT. Ada 7 dimensi yang membentuk
kemampuan intelektual seseorang, yaitu :
• Kemahiran berhitung,
• pemahaman verbal,
• kecepatan perpetual,
• penalaran induktif,
• penalaran deduktif,
• visualisasi ruang,
• ingatan.
7. Persepsi
Yaitu suatu proses dengan
individu-individu, mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka
agar memberikan makna bagi lingkungannya.
Distorsi persepsi (penyimpangan
persepsi) :
· Persepsi
selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
· efek halo,
menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik
tunggal (kesan pertama).
· efek
kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
· proyeksi,
menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang
lain.
· stereotype, menilai seseorang atas dasar
persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan).
8. Sikap
Adalah pernyataan atau pertimbangan
evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan
peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu.
Dalam perilaku organisasi, pemahaman atas sikap penting, karena sikap
mempengaruhi perilaku kerja. Adapun komponen sikap, yaitu
kognitif,
segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap,
afektif,
segmen emosional dari suatu sikap,
perilaku,
suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap sesuatu.
9. Kepuasan kerja
Adalah suatu sikap umum seorang
individu terhadap pekerjaannya atau perasaan senang atau tidak senang terhadap
pekerjaannya. Kepuasan kerja dapat mempengaruhi sikap kerja seseorang.
DASAR- DASAR
PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI
Dalam ilmu manajemen, seorang
manager harus mengetahui perilaku individu. Dimana setiap individu ini tentu
saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku
individu, yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu.
Karakteristik individu dalam organisasi, antara lain :
a. Karakteristik Biografis
·
Umur (age)
Hubungan antara usia dan kinerja
diperkirakan akan terus menjadi isu yang penting dimasa yang akan datang. Hal
ini disebabkan setidaknya oleh 3 alasan, yaitu keyakinan yang meluas bahwa
kinerja merosot seiring dengan usia, realita bahwa angkatan kerja me-nua, dan
mulai adanya perundang-undangan yang melarang segala macam bentuk pensiun yang
bersifat perintah.
·
Jenis
Kelamin (gender)
Dari segi jenis kelamin, umumnya
tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam hal kemampuan
memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosiabilitas, produktivitas pekerjaan, kepuasan kerja, atau kemampuan belajar.
Namun hasil studi menunjukkan bahwa wanita lebih bersedia mematuhi wewenang,
dibandingkan pria yang lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam
memiliki pengharapan untuk sukses, namun tetap saja perbedaannya kecil.
·
Status
Perkawinan
Hasil riset menunjukkan bahwa
karyawan yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih
rendah, dan lebih puas terhadap pekerjaan mereka. Dengan adanya perkawinan,
karyawan memiliki peningkatan tanggung jawab yang besar seperti memiliki
pekerjaan tetap atau kehidupan yang mapan.
·
Masa Kerja
Masa kerja adalah peramal yang cukup
baik mengenai kecenderungan karyawan seperti diatas. Karyawan yang telah
menjalankan suatu pekerjaan dalam masa tertentu, produktivitas dan kepuasannya
akan meningkat, sementara tingkat kemangkiran berkurang, dan kemungkinan
keluar masuk karyawan lebih kecil.
b. Kemampuan
Merupakan suatu kapasitas individu
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, diantaranya kemampuan
fisik yang merupakan kemampuan dalam melakukan tugas-tugas yang menuntut
stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan, serta kemampuan dalam hal
intelektual yaitu suatu kemampuan.
Kemampuan dibagi menjadi 2,
yaitu:
1. Kemampuan fisik
Yaitu kemampuan tugas-tugas yang
menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Penelitian
terhadap berbagai persyaratan yang dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah
mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang tercakup dalam kinerja dari
tugas-tugas fisik. Setiap individu memiliki kemampuan dasar tersebut secara
berbeda-beda.
2. Kemampuan intelektual
Yaitu kemampuan yang dibutuhkan
untuk melakukan berbagai aktivitas mental, menalar, dan memecahkan masalah.
Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan kecerdasan, dan untuk
alasan yang tepat, pada nilai yang tinggi. Individu yang cerdas juga lebih
mungkin menjadi pemimpin dalam suatu kelompok.
PERILAKU
INDIVIDU DALAM ORGANISASI
Perilaku manusia sangat berbeda antara satu dengan
lainnya. Perilaku itu sendiri adalah suatu fungsi dari interaksi antara
seseorang individu dengan lingkungannya. Ditilik dari sifatnya, perbedaan
perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir
untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda
satu sama lain.
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami
perilaku manusia adalah pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.
Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari penekanannya,
penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam
menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan
Pendekatan kognitif menekankan
mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran individu tentang
lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement)
menekankan pada peranan lingkungan dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang
sebagai suatu sumber stimulisasi yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon
perilaku.
Pendekatan psikoanalitis menekankan
peranan sistem personalitas di dalam menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk
memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku
dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada struktur
kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan
bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya
perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis,
perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak
tercapainya keinginan.
3. Proses
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa
kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang saling
menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidaksesuaian
(inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat mengurangi
ketidaksesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan
yang beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh
sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut menentukan
kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis,
keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id (Identitas diri) kemudian diproses
oleh Egodibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam
menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif tidak
memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masa lalu hanya menentukan
pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi dari pernyataan masa
sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa memperhatikan proses masuknya
dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic.
Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi
dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis,
masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relatif penting bagi
perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id (identitas diri), Ego dan Superego
ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran
Dalam pendekatan kognitif memang ada
aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan mental yang sadar
seperti mengetahui, berpikir dan memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada
perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan
menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan
apapun. Aktifitas mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti
dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan
berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir
sebagian besar aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari
Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data
Dalam pendekatan kognitif, data atas
sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya dikumpulkan lewat survey
dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur
stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat
observasi langsung atau dengan pertolongan sarana teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan
data ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan dan bloking dari
keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas, teknik proyektif, dan
hipnotis.
0 comments:
Post a Comment